Ini ada sekilas info ttg bearing yg berhasil admin kutip dari makalah...monggo di sruput dulur...
2.1 Pengertian Bearing
Bearing (Bantalan) Adalah Elemen Mesin Yang
Menumpu Poros Yang Mempunyai Beban, Sehingga Putaran Atau Gerakan
Bolak-Baliknya Dapat Berlangsung Secara Halus, Aman, Dan Mempunyai Umur Yang
Panjang. Bearing Harus Cukup
Kokoh Untuk Memungkinkan Poros Serta Elemen Mesin Lainnya Bekerja Dengan Baik.
Jika Bearing Tidak
Berfungsi Dengan Baik Maka Prestasi Seluruh Sistem Tidak Dapat Bekerja Secara
Semestinya.
Sejarah
Penggunaan Bantalan Untuk Mengurangi Efek Gesekan Dapat Ditelusuri Dari Hasil
Penemuan Kereta Sederhana Yang Telah Berumur 5000 Tahun Di Euphrates Didekat
Sungai Tigris. Penggunaan Bantalan Yang Lebih Maju Terlihat Pada Kereta
Celticsekitar 2000 Tahun Yang Lalu Seperti Ditunjukkan Pada Gambar 2.1. Kereta
Ini Menggunakan Bantalan Kayu Dan Pelumas Dari Lemak Hewan.
Gambar 2.1 Kereta Celtic Dan Bearing Kayu Yang
Digunakanpada Kereta Celtic
Dalam Sejarah Modern, Desain Dan Penggunaan Bearing Yang
Terdokumentasi Dengan Baik Dimulai Oleh Leonardo Davinci [23]. Dia Menggunakan Roller Bearing Untuk Kincir
Angin Dan Penggilingan Gandum. Paten Pertama Tentang Bearing Didaftarkan
Di Perancis 400 Tahun Kemudian. Selanjutnya Katalog Bearing Pertama Di Dunia
Diterbitkan Di Inggris Pada Tahun 1900. Saat Ini, Penggunaan Bearing Sebagai
Komponen Anti Gesek Telah Digunakan Secara Luas Dengan Variasi Ukuran, Variasi
Beban, Variasi Putaran Yang Sangat Lebar. Contoh Penggunaan Bantalan Untuk
Peralatan berat Dipertambangan Ditunjukkan Pada Gambar 2.2. Bantalan Untuk
Peralatan Ini Haruslah Mampu Menahan Beban Yang Sangat Besar Serta Umur Teknis
Yang Lama
Gambar 2.2bucket Wheel Excavator Dan Jenis Bearing Yang
Digunakan
Pada Excavator
2.2 Klasifikasi Bearing
Secara Umum Bearing Dapat Diklasifikasikan Berdasarkan
Arah Beban Dan Berdasarkan Konstruksi Atau Mekanismenya Mengatasi Gesekan.
Berdasarkan Arah Beban Yang Bekerja Pada Bantalan, Seperti Ditunjukkan Pada
Gambar 2.3, Bearing Dapat
Diklasifikasikan Menjadi :
Bantalan Radial/Radial Bearing: Menahan
Beban Dalam Arah Radial
Bantalan Aksial/Thrust Bearing: Menahan
Beban Dalam Arak Aksial
Bantalan Yang
Mampu Menahan Kombinasi Beban Dalam Arah Radial Dan Arah Aksial
Gambar 2.3 Arah Beban Pada Bearing
Berdasarkan Konstruksi Dan Mekanisme Mengatasi Gesekan,
Bearing Dapat Diklasifikasikan Menjadi Dua Yaitu Slider Bearing (Bantalan Luncur)
Dan Roller Bearing (Bantalan
Gelinding).
Bantalan Luncur Yang Sering Disebut Slider Bearing Atau Plain Bearing Menggunakan
MekanismeSliding, Dimana Dua Permukaan Komponen Mesin
Saling Bergerak Relatif. Diantara Kedua Permukaan Terdapat Pelumas Sebagai Agen
Utama Untuk Mengurangi Gesekan Antara Kedua Permukaan. Slider Bearing Untuk Beban
Arah Radial Disebut Journal
Bearing Dan Untuk Beban Arah Aksial DisebutThrust
Bearing. Contoh Konstruksi Bantalan Luncur Ditunjukkan Pada Gambar
2.4(A).
Bantalan Gelinding Menggunakan Elemen Rolling Untuk
Mengatasi Gesekan Antara Dua Komponen Yang Bergerak. Diantara Kedua Permukaan
Ditempatkan Elemen Gelinding Seperti Misalnya Bola, Rol, Taper Dan Lain Lain.
Kontak Gelinding Terjadi Antara Elemen Ini Dengan Komponen Lain Yang Berarti
Pada Permukaan Kontak Tidak Ada Gerakan Relatif. Contoh Konstruksi Roller Bearing Ditunjukkan
Pada Gambar 2.4
2.3 Slider Bearing (Bantalan
Luncur)
Slider Bearing Memerlukan Geseran Langsung Dari
Elemen Yang Membawa Beban Pada Tumpuannya. Hal Ini Berbeda Dengan Rolling-Element Bearings Dimana Bola
Atau Roller Dipasang Diantara Dua Permukaan Geser. Slider Bearing Atau Sering
Juga Disebut Plain
Bearing Terdiri Atas Dua Jenis Seperti Yang Ditunjukkan
Olehgambar 2.5 Yaitu:
Journal Atau Sleeve Bearing, Yang
Bentuknya Silindris Dan Menahan Beban Radial (Yang Tegak Lurus Terhadap Sumbu
Poros).
Thrust Bearing , Yang Bentuknya Biasanya Datar,
Dimana Pada Kasus Poros Yang Berputar, Dapat Menahan Beban Yang Searah Dengan
Sumbu Poros.
(a)
(B)
Pada Kasus Poros Yang Berputar, Bagian Poros Yang
Berkontak Dengan Bantalan Disebut Journal. Bagian Yang Datar Pada Bantalan Yang
Melawan Gaya Aksial Disebut Thrustsufaces. Bearing Ini Sendiri
Dapat Disatukan Dengan Rumah Atau Crankcase. Tetapi Biasanya Berupa Shell Tipis Yang
Dapat Diganti Dengan Mudah Dan Yang Menyediakan Permukaan Bantalan Yang Terbuat
Dari Material Tertentu Seperti Babbit Atau Bronze. Ketika Proses Bongkar Pasang Tidak Memerlukan
Pemisahan Bantalan, Bagian Tertentu Pada Bantalan Dapat Dibuat Sebagai Sebuah
Dinding Silindris Yang Ditekan Pada Lubang Dirumah Bantalan. Bagian Bantalan
Ini Disebut Sebagai Bushing.
Pada Awalnya, Thrust Bearing Hanya Terdiri Dari Plat Yang Berputar
Terhadap Poros Dan Plat Yang Diam Seperti Yang Ditunjukkan Gambar 2.6(A).
Karena Plat Ini Sejajar Satu Sama Lain Maka Lapisan Film Tidak Terbentuk
Diantaranya, Maka Tidak Menimbulkan Load Support. Oleh Karena Itu Apabila Berputar Akan
Terjadi Keausan. Ini Menjadi Masalah Besar Untuk Bearing Yang
Digunakan Pada Baling-Baling Kapal Atau Bearing Vertikal Untuk Turbin Air.
Salah Satu Usaha Untuk Mengatasi Masalah Ini Adalah
Membentuk Lapisan Film Buatan Antara Plat Yang Berputar Terhadap Poros Dan Plat
Yang Diam Seperti Yang Ditunjukkan Gambar 2.6(B). Hal Ini Awalnya Adalah Ide
Yang Baik, Tapi Karena Sudut Kemiringan Yang Optimal Sangat Kecil Sehingga
Sulit Untuk Mendapatkan Ketepatan Yang Baik Bahkan Kecenderungan Bisa Berubah
Karena Deformasi Plastis. Sebuah Solusi Untuk Masalah Ini Ditemukan Secara
Independen Oleh Michell Dan Kingsbury Yaitu Untuk Mendukung Plat Miring Pada
Titik Tertentu Dari Titik Pusat Sehingga Dapat Dimiringkan Dengan Bebas Seperti
Yang Ditunjukkan Gambar 2.6(C). Pendekatan Ini Adalah Desain Pertama Untuk Thrust Bearing. Hal Ini
Juga Digunakan Untuk Pengembangan Penelitian Teori Pelumasan.
2.4 JENIS-JENIS BEARING
Terdapat
Beberapa Jenis Bearing Yaitu Antara Lain:
- Single Row Groove
Ball Bearings
Bearing
Ini Mempunyai Alur Dalam Pada Kedua Cincinnya. Karena Memiliki Alur, Maka Jenis
Ini Mempunyai Kapasitas Dapat Menahan Beban Secara Ideal Pada Arah Radial Dan
Aksial. Maksud Dari Beban Radial Adalah Beban Yang Tegak Lurus Terhadap Sumbu
Poros, Sedangkan Beban Aksial Adalah Beban Yang Searah Sumbu Poros.
- Double Row Self
Aligning Ball Bearings
Jenis
Ini Mempunyai Dua Baris Bola, Masing-Masing Baris Mempunyai Alur
Sendiri-Sendiri Pada Cincin Bagian Dalamnya. Pada Umumnya Terdapat Alur Bola
Pada Cincin Luarnya. Cincin Bagian Dalamnya Mampu Bergerak Sendiri Untuk
Menyesuaikan Posisinya. Inilah Kelebihan Dari Jenis Ini, Yaitu Dapat Mengatasi
Masalah Poros Yang Kurang Sebaris.
3. Single Row Angular Contact Ball Bearings
Berdasarkan
Konstruksinya, Jenis Ini Ideal Untuk Beban Radial. Bearing Ini Biasanya
Dipasangkan Dengan Bearing Lain, Baik Itu Dipasang Secara Pararel Maupun
Bertolak Belakang, Sehingga Mampu Juga Untuk Menahan Beban Aksial.
4. Double Row Angular Contact Ball Bearings
Disamping
Dapat Menahan Beban Radial, Jenis Ini Juga Dapat Menahan Beban Aksial Dalam Dua
Arah. Karena Konstruksinya Juga, Jenis Ini Dapat Menahan Beban Torsi. Jenis Ini
Juga Digunakan Untuk Mengganti Dua Buah Bearing Jika Ruangan Yang Tersedia
Tidak Mencukupi.
5. Double Row Barrel Roller Bearings
Bearing Ini
Mempunyai Dua Baris Elemen Roller Yang Pada Umumnya Mempunyai Alur Berbentuk
Bola Pada Cincin Luarnya. Jenis Ini Memiliki Kapasitas Beban Radial Yang Besar
Sehingga Ideal Untuk Menahan Beban Kejut.
6. Single Row Cylindrical Bearings
Jenis Ini
Mempunyai Dua Alur Pada Satu Cincin Yang Biasanya Terpisah. Efek Dari Pemisahan
Ini, Cincin Dapat Bergerak Aksial Dengan Mengikuti Cincin Yang Lain. Hal Ini
Merupakan Suatu Keuntungan, Karena Apabila Bearing Harus Mengalami Perubahan
Bentuk Karena Temperatur, Maka Cincinya Akan Dengan Mudah Menyesuaikan
Posisinya. Jenis Ini Mempunyai Kapasitas Beban Radial Yang Besar Pula Dan Juga
Cocok Untuk Kecepatan Tinggi.
7. Tapered Roller Bearings
Dilihat Dari
Konstriksinya, Jenis Ini Ideal Untuk Beban Aksial Maupun Radial. Jenis Ini Dapat
Dipisah, Dimana Cincin Dalamnya Dipasang Bersama Dengan Rollernya Dan Cincin
Luarnya Terpisah.
8. Single Direction Thrust Ball Bearings
Bearing Jenis
Ini Hanya Cocok Untuk Menahan Beban Aksila Dalam Satu Arah Saja. Elemenya Dapat
Dipisahkan Sehingga Mudah Melakukan Pemasangan. Beban Aksial Minimum Yang Dapat
Ditahan Tergantung Dari Kecepatannya. Jenis Ini Sangat Sensitif Terhadap
Ketidaksebarisan (Misalignment) Poros Terhadap Rumahnya.
9. Double Direction Thrust Ball Bearings
Bearing Jenis
Ini Hanya Cocok Untuk Menahan Beban Aksila Dalam Satu Arah Saja. Elemenya Dapat
Dipisahkan Sehingga Mudah Melakukan Pemasangan. Beban Aksial Minimum Yang Dapat
Ditahan Tergantung Dari Kecepatannya. Jenis Ini Sangat Sensitif Terhadap
Ketidak Sebarisan (Misalignment) Poros Terhadap Rumahnya.
10. Ball And Socket Bearings
Bearing Jenis
Ini Mempunyai Alur Dalam Berbentuk Bola, Yang Bisa Membuat Elemennya Berdiri
Sendiri. Kapasitasnya Sangat Besar Terhadap Beban Aksial. Selain Itu Juga Dapat
Menahan Beban Radial Secara Simultan Dan Cocok Untuk Kecepatan Yang Tinggi.
2.5 SIFAT-SIFAT BANTALAN
Dalam
pemilihan bantalan perlu diketahui sifat-sifat yang harus dipertimbangkan agar
diperoleh bahan yang terbaik, sifat-sifat bantalan yang baik yaitu:
- Tahan tekanan
Bahan
bantalan harus memiliki kekuatan tekanan yang tinggi untuk meningkatkan tekanan
maksimum sehingga mencegah ekstruksi atau deformasi permanen pada bantalan
- Kekuatan fatigue
Bahan
bantalan harus memiliki kekuatan fatigue yang tinggi sehingga ketika terjadi
beban berulang tidak menghasilkan retak pada material
- Comformability
Adalah
kemampuan bahan bantal utnuk mengakomodasi lendutan poros atau ketidak akuratan
bantalan oleh deformasi plastik (creep)
- Embedd ability
Adalah
kemampuan bahan bantalan untuk mengakomodasi partikel kecil dari debu,pasir dll
- Tahan korosi
Bahan
bantalan tidak boleh menimbulkan korosi akibat pelumasan. Properti ini sangat
penting didalam mesin pembakaran dimana pelumas yang sama digunakan untuk
melumasi dinding silinder dan bantalan
- Thermal konduktivitas
Bahan
bantalan harus memiliki konduktivitas yang tinggi sehingga memungkinkan
perpindahan panas yang cepat yang dihasilkan pada saat gesekan
- Ekspansi thermal
Bahan
bantalan harus memiliki koefisien ekspansi thermal rendah, sehingga ketika bekerja
dengan suhu yang berbeda-beda, tidak ada perubahan bahan yang diakibatkan
perubahan suhu
Untuk
mendapatkan semua sifat diatas sulit didapatkan dalam bahan bantalan tertentu,
dimana bahan yang digunakan pada prakteknya tergantung pada kebutuhan dari
kondisi pemanfaatan bantalan. Sehingga pemilihan bahan untuk setiap aplikasi
harus berdasarkan analisis, tabel berikut menunjukan perbandingan dari beberapa
sifat yang lebih umum bahan bantalan logam
Sifat-sifat bantalan
Bahan
Bantalan
|
Kekearasan
Hn
|
Tekanan
maksimum yang diperbolehkan
|
(Kg/mm2)Temperatur
Maksimal yang diperbolehkan
(ºC)Besi Cor
Perunggu
Kuningan
Perunggu
fosfor
Logam Putih
berdasarkan Sn
Logam Putih
berdasarkan Pb
Paduan
Cadmium
Kelmet
Paduan
Alumunium
Perunggu
Timah Hitam160 -180
50-100
80-150
100-200
20-30
15-20
30-40
20-30
45-50
45-50
40-800,3 –
0,6
0,7 – 2,0
1,5 – 6,0
0,6 – 1,0
0,6 – 1,0
1,0 – 1,4
1,0 – 1,4
1,0 – 1,8
2,8
2,0 – 3,2150
200
200
250
150
150
250
170
100 – 150
220 – 250
2.6 DEFINISI KODE BEARING
Pengkodean Sebuah Bearing Dapat Dibedakan Menjadi 3 Yaitu:
A. Kode Pertama (Jenis Bearing)
Kode Bearing
(Bantalan) = 6203zz
Kode Bearing Di Atas Terdiri Dari Beberapa Komponen Yang Dapat Dibagi-Bagi
Antara Lain:
6 = Kode Pertama Melambangkan Tipe /Jenis Bearing
2 = Kode Kedua Melambangkan Seri Bearing
03 =Kode Ketiga Dan Keempat Melambangkan Diameter Bore (Lubang Dalam Bearing)
Zz = Kode Yang Terakhir Melambangkan Jenis Bahan Penutup Bearing
Jadi Dalam
Kode Bearing (Bantalan) = 6203zz Seperti Contoh Di Atas, Kode Pertama Adalah
Angka 6 Yang Menyatakan Bahwa Tipe Bearing Tersebut Adalah Single-Row Deep
Groove Ball Bearing ( Bantalan Peluru Beralur Satu Larik).
Perlu Diingat Bahwa Kode Di Atas Untuk Menyatakan Pengkodean Bearing Dalam
Satuan Metric Jika Anda Mendapatkan Kode Bearing Seperti Ini = R8-2rs, Maka
Kode Pertama ( R) Yang Menandakan Bahwa Bearing Tersebut Merupakan Bearing
Berkode Satuan Inchi.
B. Kode Kedua (Seri Bearing)
Kalau Kode
Pertama Adalah Angka Maka Bearing Tersebut Adalah Bearing Metric Seperti Contoh
Di Atas (6203zz ), Maka Kode Kedua Menyatakan Seri Bearing Untuk Menyatakan
Ketahanan Dari Bearing Tersebut. Seri Penomoran Adalah Mulai Dari Ketahan
Paling Ringan
Sampai Paling
Berat
• 8 = Extra
Thin Section
• 9 = Very Thin Section
• 0 = Extra Light
• 1 = Extra Light Thrust
• 2 = Light
• 3 = Medium
• 4 = Heavy
Kalau Kode
Pertama Adalah Huruf, Maka Bearing Tersebut Adalah Bearing Inchi Seperti Contoh
(R8-2rs ) Maka Kode Kedua ( Angka 8 ) Menyatakan Besar Diameter Dalam Bearing
Di Bagi 1/16 Inchi Atau = 8/16 Inchi.
C. Kode Ketiga Dan Keempat (Diameter Dalam Bore Bearing)
Untuk Kode 0
Sampai Dengan 3, Maka Diameter Bore Bearing Adalah Sebagai Berikut :
• 00 = Diameter Dalam 10mm
• 01= Diameter Dalam 12mm
• 02= Diameter Dalam 15mm
• 03= Diameter Dalam 17mm
Selain Kode Nomor 0 Sampai 3, Misalnya 4, 5 Dan Seterusnya Maka Diameter Bore
Bearing Dikalikan Dengan Angka 5 Misal 04 Maka Diameter Bore Bearing = 20 Mm
D. Kode Yang Terakhir (Jenis Bahan Penutup Bearing)
Pengkodean
Ini Menyatakan Tipe Jenis Penutup Bearing Ataupun Bahan Bearing. Seperti
Berikut :
1. Z Single Shielded ( Bearing Ditutuipi Plat Tunggal)
2. Zz Double Shielded ( Bearing Ditutupi Plat Ganda )
3. Rs Single Sealed ( Bearing Ditutupi Seal Karet)
4. 2rs Double Sealed (Bearing Ditutupi Seal Karet Ganda )
5. V Single Non-Contact Seal
6. Vv Double Non-Contact Seal
7. Ddu Double Contact Seals
8. Nr Snap Ring And Groove
9. M Brass Cage
2.7 Penyebab-Penyebab Kerusakan Pada Bearing:
Ada empat faktor penyebab kerusakan bearing yaitu:
1. Kesalahan
Bahan
– Faktor Produsen: Yaitu Retaknya Bantalan Setelah Produksi Baik Retak Halus
Maupun Berat, Kesalahan Toleransi, Kesalahan Celah Bantalan.
– Faktor Konsumen: Yaitu Kurangnya Pengetahuan Tentang Karakteristik Pada
Bearing
2. Penggunaan Bearing Melewati Batas Waktu Penggunaannya (Tidak Sesuai Dengan
Petunjuk Buku Fabrikasi Pembuatan Bearing).
3. Pemilihan
Jenis Bearing Dan Pelumasannya Yang Tidak Sesuai Dengan Buku Petunjuk Dan
Keadaan Lapangan (Real).
4. Pemasangan
Bearing Pada Poros Yang Tidak Hati-Hati Dan Tidak Sesuai Standart Yang
Ditentukan.
2.8 UMUR/MASA BEARING
Faktor
Penentu Umur/Masa Bearing Adalah Kesalahan Pada Saat Pemasangan Dan 6
Kesalahan Dalam Pemasangan Bearing Diantaranya:
1. Pemasangan
Yang Terlalu Longgar, Akibatnya Cincin Dalam Atau Cincin Luar Yang Berputar
Yang Menimbulkan Gesekan Dengan Housing/Poros.
2. Pemasangan
Yang Terlalu Erat, Akibatnya Ventilasi Atau Celah Yang Kurang Sehingga Pada
Saat Berputar Suhu Bantalan Akan Cepat Meningkat Dan Terjadi Konsentrasi
Tegangan Yang Lebih.
3. Terjadi
Pembenjolan Pada Jalur Jalan Atau Pada Roll Sehingga Bantalan Saat Berputar
Akan Tersendat-Sendat.
4. Terjadi
Misalignment, Dimana Kedudukan Poros Pompa Dan Penggeraknya Tidak Lurus,
Bearing Akan Mengalami Vibrasi Tinggi. Pemasangan Yang Tidak Sejajar Tersebut Akan
Menimbulkan Guncangan Pada Saat Berputar Yang Dapat Merusak Bearing. Kemiringan
Dalam Pemasangan Bearing Juga Menjadi Faktor Kerusakan Bearing, Karena Bearing
Tidak Menumpu Poros Dengan Tidak Baik, Sehingga Timbul Getaran Yang Dapat
Merusak Komponen Tersebut.
5. Karena
Terjadi Unbalance (Tidak Imbang), Seperti Pada Impeller, Dimana Bagian-Bagian
Pada Impeller Tersebut Tidak Balance (Salah Satu Titik Bagian Impeller Memiliki
Berat Yang Tidak Seimbang). Sehingga Ketika Berputar, Mengakibatkan Putaran Mengalami
Perubahan Gaya Disalah Satu Titik Putaran (Lebih Terasa Ketika Putaran Tinggi),
Sehingga Berpengaruh Pula Pada Putaran Bearing Pada Poros. Unbalance Bisa
Terjadi Pula Pada Poros, Dan Pengaruhnya Pun Sama, Yaitu Bisa Membuat Vibrasi
Yang Tinggi Dan Merusak Komponen.
6. Bearing
Kurang Minyak Pelumasan, Karena Bocor Atau Minyak Pelumas Terkontaminasi Benda
Asing Dari Bocoran Seal Gland Yang Mempengaruhi Daya Pelumasan Pada Minyak
Tersebut.
2.9 Proses Pemasangan Bearing.
– Proses Balancing. Pemasangan Bearing Pada Komponen Mesin, Komponen Tersebut Pertama-Tama Harus Benar-Benar Balance Agar Bearing Dapat Bertahan Dengan Baik.
– Alignment (Pengaturan Sumbu Poros Pada Mesin Harus Benar-Benar Sejajar).
– Proses Pemberian Beban. Pemberian Beban Ini Harus Sesuai Dengan Jenis Bearing Yang Digunakan Apakah Itu Beban Radial Atau Beban Aksial.
– Pengaturan Posisi Bearing Pada Poros.
– Clearance Bearing. Metode Pemasangan Dan Peralatan Yang Digunakan.
– Toleransi Dan Ketepatan Yang Diperlukan. Pada Saat Pemasangan Bearing Pada Poros, Maka Toleransi Poros Pada Proses Pembubutan Harus Diperhatikan Karena Hal Tersebut Mempengaruhi Keadaan Bearing.
– Proses Balancing. Pemasangan Bearing Pada Komponen Mesin, Komponen Tersebut Pertama-Tama Harus Benar-Benar Balance Agar Bearing Dapat Bertahan Dengan Baik.
– Alignment (Pengaturan Sumbu Poros Pada Mesin Harus Benar-Benar Sejajar).
– Proses Pemberian Beban. Pemberian Beban Ini Harus Sesuai Dengan Jenis Bearing Yang Digunakan Apakah Itu Beban Radial Atau Beban Aksial.
– Pengaturan Posisi Bearing Pada Poros.
– Clearance Bearing. Metode Pemasangan Dan Peralatan Yang Digunakan.
– Toleransi Dan Ketepatan Yang Diperlukan. Pada Saat Pemasangan Bearing Pada Poros, Maka Toleransi Poros Pada Proses Pembubutan Harus Diperhatikan Karena Hal Tersebut Mempengaruhi Keadaan Bearing.
2.10 Cara Mengatasi Kerusakan Pada Bearing:
1. Melakukan Penggantian Bearing Sesuai Umur Waktu Kerja Yang Telah Ditentukan.
2. Mengganti Bearing Yang Sesuai Dengan Klasifikasi Kerja Pompa Tersebut.
3. Melakukan Pemasangan Bearing Dengan Hati-Hati Sesuai Standar Yang Telah
Ditentukan.
4. Melakukan Alignment Pada Poros Pompa Dan Penggeraknya.
5. Melakukan Tes Balancing Pada Poros Dan Impeller.
6. Memasang Deflektor Pada Poros Dan Pemasangan Rubber Seal Pada Rumah Bantalan
Dan Perbaikan Pada Seal Gland, Untuk Mengantisipasi Kebocoran
2.11 Pelumasan
Dalam suatu
mesin terdapat bagian-bagian yang bergerak seperti poros engkol, piston, batang
torak, katup, dan sebagainya. Pelumasan dimaksudkan untuk menghindari hubungan
(kontak) langsung dari dua bagian yang bergesekan.
Fungsi minyak
pelumas adalah:
- Mengurangi terjadinya gesekan.
- Mencegah terjadinya keausan.
- Membersihkan mesin dari kotoran.
- Menjaga temperatur dalam mesin (sebagai
pendingin).
Jenis- jenis
minyak pelumas antara lain:
- Regulator motor oil.
- Premium motor oil.
- Merupakan straight material oil yang
dipergunakan untuk mesin-mesin yang bekerja di bawah kondisi berat.
- Merupakan minyak pelumas pada mesin di mana
telah ditambahkan aditif untuk menghambat korosi dan digunakan untuk
kondisi yang kerjanya berat.
Heavy duty
motor oil.
Sifat-sifat
pelumasan:
v
Kekentalan.
Untuk keausan
permukaan yang bergerak terutama pada bahan yang besar dan bantalan dengan
putaran rendah, minyak pelumas tidak perlu terlalu kental karena akan sukar
menyebar.
v
Indeks kekentalan.
Minyak
pelumas yang baik tidak terlalu berpengaruh terhadap temperatur ruang sehingga
indeks kekentalannya tidak perlu terlalu besar.
v
Stabilitas.
Beberapa
minyak pelumas harus memiliki kestabilan pada temperatur tinggi agar tidak
berubah struktur kimianya.
F. Jenis-Jenis Pelumasan
- Pelumasan tangan.
Cara ini
sesuai untuk beban ringan, kecepatan rendah atau kerja yang tidak terus-menerus.
Kekurangannya bahwa aliran pelumas tidak selalu tetap atau pelumasan menjadi
tidak teratur.
- Pelumasan tetes.
Dari sebuah
wadah, minyak diteteskan dalam jumlah yang tetap dan teratur melalui sebuah
katup jarum.
- Pelumasan sumbu.
Cara ini
menggunakan sumbu yang dicelupkan dalam mangkok minyak sehingga minyak terisap
oleh sumbu tersebut. Pelumasan ini dipakai seperti dalam hal pelumasan tetes.
- Pelumasan percik.
Dari suatu
bak penampung, minyak dipercikkan. Cara ini dipergunakan untuk melumasi torak
dan silinder motor bakar torak yang berputaran tinggi.
- Pelumasan cincin.
Pelumasan ini
menggunakan cincin yang digantungkan pada poros sehingga akan berputar
bersamaan dengan poros sambil mengangkat minyak dari bawah.
- Pelumasan pompa.
Pelumasan
pompa sesuai untuk keadaan kerja dengan kecepatan tinggi dan besar.
- Pelumasan gravitasi.
Dari sebuah
tangki yang diletakkan di atas bantalan, minyak dialirkan oleh gaya beratnya.
Cari ini dipakai untuk kecepatan sedang dan tinggi pada kecepatan keliling
sebesar 10 – 15.
- Pelumasan celup.
Sebagian dari
bantalan dicelupkan ke dalam minyak pelumas.
H. Klasifikasi Minyak Pelumas
Mutu pelumas secara fisik tidak dapat dilihat, oleh
karena itu harus memahami bagaimana pelumas itu diformulasikan berdasarkan
spesifikasi yang diberikan oleh lembaga komersial maupun militer. Spesifikasi
disini berarti persyaratan/keputusan/ tujuan yang harus dipenuhi oleh jenis
pelumas tertentu melalui pengujian kinerja yang mempergunakan pengujian khusus.
Tinggi dan rendahnya mutu pelumas dapat diketahui dari salah satu spesifikasi
sebagaimana yang tertera pada label yang dikeluarkan pabrikan. Umumnya pelumas dapat
dibedakan berdasarkan:
1. BENTUK
Berdasarkan
bentuknya, pelumas/lubricant dapat dibedakan atas 2 macam yaitu
berbentuk cair yang lebih dikenal dengan sebutan ‘olie’ dan berbentuk padat yang
disebut ‘Grease/gemuk’.
2. STANDARD
Standard
pelumas yang dipakai di dunia umumnya mengacu kepada dua kutub yaitu
Amerika dan Eropa, selain Jepang yang mengkhususkan pada standar pelumas
pada kendaraan sepeda motor.
v Ø Klasifikasi API
Lembaga perminyakan Amerika (API = American Petroleum Institute), ASTM
(American Society for Testing and Materials) dan SAE (Society of Automotive
Engineers) secara bersama-sama membentuk sistem klasifikasi pelumas, yang
disebut ‘API Service’ untuk pelumas otomotive. API Service terbagai atas 2
macam yaitu seri “S=Spark Ignitions =busi” yang umumnya digunakan kendaraan
berbahan bakar bensin dan seri “C=Compression Ignition Engine” yang digunakan
untuk kendaraan
berbahan
bakar solar.
Untuk API Service
berbahan bakar bensin:
Dimulai dari: SA”SB”SC”SD”SE”SF”SG”SH”SJ”SL”SM
Untuk API Service
berbahan baka rsolar:
Dimulai dari : CA”CB”CC”CD”CD-II”CE”CF”CF-2″CF-4″CG-4″CH-4″CI-4
v Ø Klasifikasi ILSAC
The American Automobile Manufacturers Association (AAMA) dan The Japan
Automobile Manufacturers Association (JAMA) melalui suatu organisasi yang
disebut The International Lubricant Standardization and Approval Committee
(ILSAC), mengeluarkan standard ILSAC GF-1 dan ILSAC GF-2 dan ILSAC GF-3.
v Ø Klasifikasi ACEA/CCMC (Pelumas Eropa)
ACEA (Association des Constructeurs Europeens d’Automobiles) / CCMC (Comitte
des Constructeurs D’Automobiles du Marche Commun adalah sebuah organisasi yang
berbasis di Eropa yang mengeluarkan spesifikasi dalam 3 kelompok
besar,yaitu:
Untuk pelumas mesin
bensin kendaraan penumpang:
Dimulai dari: A1-98, A2-96 issue
2 dan A3-98
Untuk pelumas mesin
diesel kendaraan penumpang:
Dimulai dari: B1-98, B2-98 dan B3-98
Untuk pelumas mesin
diesel tugas berat:
Dimulai dari : E1-96 issue 2, E2-96 issue 2, E3-96 issue 2 & E4-98
atau : CCMC D-1, CCMC D-2, CCMC D-3, CCMC D-4, CCMC D-5.
v Ø Klasifikasi EMA (The Engine
Manufacturers Association) [USA]
Kategori untuk klasifikasi pelumas mesin gas yang dinyalakan dengan sistem
pengapian dan mesin gas alam (mesin yang dinyalakan dengan bahan bakar gas
lainnya) umumnya merujuk pada standar klasifikasi yang ditetapkan oleh
organisasi yang dinamakan ‘EMA’. Standard EMA didasarkan kepada tingkat
abu
sulfat
dalam pelumas.
Kategori abu yang didefinisikan oleh EMA adalah sbb :
Kategori EMA
banyak mendapatkan hambatan dalam aplikasi di lapangan, yaitu :
- Kandungan abu pelumas tidak dapat digunakan
untuk menetapkan tingkat kinerja pelumas.
- Kandungan abu pelumas tergantung pabrikan
mesin individual, tipe operasional mesin dan pengawasan lingkungan.
- Kandungan abu pelumas tergantung juga pada penggunaan
katalis pada saluran gas pembuangan.
- Kandungan abu pelumas tergantung pada metal
dasar dan elemen lain seperti zinc, sulfur dan fosfor dalam formula
pelumas.
- Klasifikasi JASO (Japanese Automobile Standars Organization)Oli mesin motor yang ditetapkan oleh negara Jepang bersamaan dengan JAMA (Japanese Automobile Manufacturers Association) terbagi atas :
- Klasifikasi LMOA (The Locomotive Maintenance Officers Association)Lembaga di USA yang mengkhususkan pada spesifikasi pelumas mesin diesel lokomotif. Nomenklatur LMOA, dikenalkan dalam bentuk generation :
- Klasifikasi API Axledan Manual TransmissionAPI, SAE dan ASTM membuat klasifikasi pelumas transmisi otomotif dan pelumas as roda (gardan) yang khusus berkemampuan menerima beban.
Pelumas memiliki
perubahan dari tahun 1940 sampai 1989, disini klasifikasi pelumas dri generasi
1 sampai 5:
- Generasi-1 diperkenalkan tahun 1940. Termasuk
pelumas mineral dan pelumas lain yang
disenyawa kan dengan
detergent dan antioxidant. Base Number-nya <>
- Generasi-2 diperkenalkan tahun 1964.
Memperkenalkan dispersan tidak berabu dan tingkat detergensi yang sedang
(moderate). Pelumas dari performasi ini dikembangkan untuk menurunkan
tingkat pembentukan lumpur pada mesin dan memperpanjang usia filter. Base Number-nya
= 7.
- Generasi-3 diperkenalkan tahun 1968.Pelumas dengan alkalinity retention, detergency dan dispersancy yang lebih baik, pelumas ini diperkenalkan untuk mengatasi keausan ring.piston. Base Number-nya = 10.
- Generasi-4 diperkenalkan tahun 1976.Pelumas
generasi sebelumnya dengan ditambah aditif pelindung metal untuk kondisi
operasi berat dan penggantian pelumas hingga 90 hari. Pelumas ini harus
memenuhi klasifikasi API Service CD dengan Base Number-nya = 13.
- Generasi-5 diperkenalkan tahun 1989.Disebut
juga pelumas generasi-4 “long life”, pelumas ini didesain untuk hemat
bahan bakar dan efisien pelumas serta interval 180 hari pergantian
Spesifikasinya
dilambangkan dengan API GL, dibagai dalam 7 kelas yaitu :.
- API GL-1 (masih berlaku). Pelumas transmisi
manual yang bekerja dengan kondisi sedang dengan operasi tekanan unit
rendah dan kecepatan luncur minimum. Friction modifiers dan extreme
pressure tidak dipergunakan untuk aplikasi ini. Pada kecepatan dan beban
berat, pelumas ini tidak ditambahkan aditif anti oksidasi dan aditif antu
rust inhibitor.
- API GL-2 (tidak berlaku lagi). Ditetapkan untuk
roda gigi tipe worm-gear dan kecepatan luncur diatas GL-1. Produk ini
ditambahkan aditif antiwear atau extreme presure dengan konsentrasi sedang.
- API GL-3 (tidak berlaku lagi). Diperuntukkan
untuk transmisi manual dan spiral bevel axles, dengan kondisi kecepatan
dan beban ringan sampai sedang. GL-3 tidak direkomendasikan untuk aplikasi
hypoid gear.
- API GL-4 (masih berlaku). Dirancang
untuk tugas spiral bevel dan hypoid gear yang bekerja pada kecepatan dan
beban sedang. Pelumas ini dapat dipergunakan untuk transmisi manual dan
aplikasi transaxle tertentu.
- API GL-5 (masih berlaku). Dirancang untuk
gear, khususnya hypoid yang bekerja dengan kondisi kecepatan tinggi dan
atau rendah serta torsi tinggi (high torque). Pelumas ini lulus untuk
kualifikasi MIL-L-2105D.
- API GL-6 (tidak berlaku lagi). Dirancang
untuk gear, dengan pinion offset yang sangat tinggi, karena kebutuhan
pinion offset yang lebih ringan dan lain-lain sebab maka GL-6 saat ini
tidak diproduksi lagi.
- API MT-1 (masih berlaku). Dirancang
untuk transmisi manual non synchronized yang dipergunakan dalam bis dan
truck tugas berat. Pelumas ini mampu memberikan perlindungan terhadap
degradasi thermal, component wear dan oil seal deterioration.
Kami adalah perusahaan yang khusus menjual produk Pelumas/Oli dan Grease/Gemuk untuk sektor Industri.
ReplyDeleteOli yang kami pasarkan diantaranya untuk aplikasi : Diesel Engine Oil, Transmission Oil, Gear Oil, Compressor Oil, Hydraulic Oil, Circulating & Bearing, Heat Transfer Oil, Slideway Oil, Turbine Oil, Trafo Oil, Metal Working Fluid, Synthetic Oil, Corrosion Preventive, Wire Rope, Specialities Oil dan aneka Grease/Gemuk.
Kami menjadi salah satu perusahaan yang dapat memenuhi berbagai macam kebutuhan pabrik-pabrik besar di Indonesia, termasuk kebutuhan akan pelumasan khusus.
Prinsip kami adalah selalu mengembangkan hubungan jangka panjang kepada setiap customer. Bila anda butuh info lebih lanjut, silahkan menghubungi kami.
Mobile : 0813-1084-9918
Whatsapp : 0813-1084-9918
name : Tommy. K
Email1 : tommy.transcal@gmail.com